#SalamHebat! Selamat Bergabung di Kelas Kami

Kelas-kelas yang kita masuki hari ini adalah bagian dari kelas yang akan kita berikan senyuman di masa depan. Maka bersemangatlah menjemput dan beraksi di kelas impianmu!

Buat kelasmu makin menarik dan mudah disini!

Halaman Kelas. Kelas Utama. Kelas Sinema. Kelas Bermain. Kelas Berita Terupdate. Kelas Inspirasi. Wali Kelas.

#Salam! Ayo Bergabung di Kelas Kami

Tidak Ada Anak Bodoh, Yang Ada Hanya Anak Malas

#SalamSigap! Persiapkan dirimu dari sekarang!

Pesaingmu bisa jadi adalah teman-teman yang pintar dan tidak malas sehingga persaingan ketat. Persiapkan dirimu di kelas-kelas terbaik disini!

#SalaMultiDimensi

"Kenalilah Musuhmu dan Kenalilah Driimu Sendiri Maka Kamu Tak Akan Terkalahkan Dalam Ratusan Peperangan" (Sun Tzu-The Art of War)

Selasa, 03 Juni 2014

Cara Sekolah Bantu Siswa Menentukan Peminatan



Ketemu lagi bat, yang sebelumnya udah di baca belum artikel nya? kalo belum, yuk di baca dulu, setelah itu baru deh lanjut kesini..


Rabu, 13 Februari 2013 | 16:43 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem peminatan telah menjadi pilihan untuk siswa pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kurikulum baru. Sistem peminatan yang mulai dilakukan pada kelas X ini tentu membutuhkan peran dari guru Bimbingan Konseling (BK) untuk mengarahkan anak ke minatnya.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, mengatakan bahwa semuanya tidak akan diserahkan begitu saja pada guru BK. Kepala Sekolah juga akan diminta terlibat dalam menjalankan sistem peminatan ini. Untuk itu, para Kepala Sekolah juga wajib ikut pelatihan sebelum kurikulum baru diterapkan.

"Guru BK memang dilatih. Tapi tidak semuanya ke guru BK. Bisa juga ke Kepala Sekolah, karena itu ada pelatihan untuk Kepala Sekolah juga," kata Nuh di Kemdikbud, Jakarta, Rabu (13/2/2013).

Seperti diketahui, jumlah guru BK memang terbilang sedikit jika dibandingkan dengan guru mata pelajaran lain. Dalam satu sekolah, biasanya hanya ada dua atau tiga orang guru BK sehingga dinilai sangat kurang jika anak-anak yang akan masuk SMA ini butuh konsultasi dengan guru BK saat menentukan minatnya.

Secara terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemdikbud, Hamid Muhammad mengatakan bahwa pelatihan pada guru BK yang ada di SMA termasuk Kepala Sekolah akan difokuskan untuk membantu anak-anak yang hendak masuk SMA agar mengenali bakat dan minatnya.

"Jadi anak-anak ini nanti dibantu memilih bidang. Ada form yang disiapkan sekolah dan akan diisi nilai ujian terakhir anak-anak yang mendaftar," ujar Hamid.

Dari daftar nilai ujian terakhir dikombinasikan dengan nilai rapor, akan terlihat calon siswa tersebut menonjol pada bidang yang mana. Berdasarkan hal tersebut, guru akan memberikan masukan pada calon siswa tersebut bidang peminatan apa yang sebaiknya diambil.

"Misalnya kuat di matematika. Tapi ternyata kuat di bahasa Inggrisnya juga. Nanti akan diarahkan bidang peminatan IPA dan memperkuat bahasa Inggrisnya melalui pilihan," jelas Hamid.

Seperti diketahui, ada sembilan mata pelajaran wajib yang akan dipelajari oleh siswa SMA pada kurikulum baru nanti. Selain itu, ada empat mata pelajaran pokok sesuai dengan bidang peminatannya dan dua mata pelajaran pilihan di luar bidang peminatannya yang akan diambil oleh siswa SMA.


WOOOOW, sekarang sekolah sekolah di Negara kita sudah lebih maju dari sebelumnya yah. Sekolah kamu udah belum bat? hmm, kalau belum ayo perjuangkan kesetaraan ini! 

sumber: 
edukasi.kompas.com/read/2013/02/13/16432269/Cara.Sekolah.Bantu.Siswa.Menentukan.Peminatan

Guru BK Dilatih Agar Siswa Tak Salah Pilih Peminatan



Hallo bat, ini ada info menarik, baca sampe akhir yah :)

Selasa, 12 Februari 2013 | 14:22 WIB
DEPOK, KOMPAS.com - Untuk mempersiapkan metode peminatan yang dilaksanakan pada kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengagendakan pelatihan guru Bimbingan Konseling (BK) yang ada di tiap Sekolah Menengah Atas (SMA). Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim, mengatakan bahwa pelatihan guru BK ini sangat penting.

Pasalnya, guru BK ini ke depan akan berperan besar terutama di dalam menentukan peminatan yang akan dipilih oleh siswa dan mengarahkan anak agar tidak salah pilih dalam peminatan.

"Guru BK ini memegang peran besar agar anak-anak bisa memilih peminatan dengan tepat," kata Musliar saat Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2013 di Pusat Pengembangan Tenaga Pendidikan, Depok, Selasa (12/2/2013).

Peminatan untuk jenjang SMA ini dilakukan mulai kelas X sehingga pertama masuk anak-anak akan mendapatkan sembilan mata pelajaran pokok ditambah dengan empat mata pelajaran peminatannya. Selain itu, anak-anak juga diberikan kesempatan untuk memilih dua mata pelajaran berikutnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemdikbud, Hamid Muhammad, mengatakan bahwa guru BK memang sangat diperlukan mengikuti metode peminatan yang diberlakukan pada kurikulum 2013. Nantinya guru BK yang akan memeriksa rapor siswa dan melihat anak-anak tersebut menonjol di bidang mana.

"Pelatihan tentu saja perlu. Ini sudah diagendakan untuk guru BK. Karena perannya penting sekali," ujar Hamid.

Seperti diketahui, pada jenjang SMA tidak akan ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan bahasa seperti dilaksanakan sekarang ini melainkan berupa peminatan yang dipilih oleh peserta didik. Pemilihan peminatan dilakukan saat baru mulai masuk sekolah. Pengarahan oleh guru BK sekolah yang bersangkutan juga akan dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.


gimana gimana? menarik kan?  nah, sebagai siswa teladan dan berprestasi, jangan lupa ingatkan guru BK kita dalam memilihkan peminatan. SIAAAP???



sumber:
edukasi.kompas.com/read-2013-01-0717550254/Guru.BK.Dilatih.Agar.Siswa.Tak.Salah.Pilih.Peminatan

Senin, 02 Juni 2014

Tips Memilih Sekolah

1. Pertimbangkan kondisi ekonomi keluarga, dalam hal ini kira kira ortu mampu atau engga untuk membiayai agan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang biayanya relatif tinggi. Karena ga semua orang mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang biayanya terjangkau.

2. Sudahkah kita menemukan minat atau potensi kita di bidang apa. Karena salah memilih jurusan di SMK juga akibatnya fatal bro. Perlu diinget ya temen temen SMK juga bisa melanjutkan ke perguruan tinggi tapi disesuaikan sama jurusan yang diambil di SMK. jadi bener bener tentuin minat kita dimana.

3. Banyak cari tahu tentang sekolah yang ingin dituju. (Alumni, Kegiatan Belajar, Ekskul, Prestasi, dan Biaya)

4. Jangan ikut - ikutan Teman. Yang menentukan kita sukses atau engga ya diri kita sendiri.

5. Perkuat Ibadah bagi yang muslim Shalat 5 Waktu dan Perbanyak Berdoa. Kalau perlu lakukan shalat Istikharah kalau masih bingung.


6. Sebelum memilih, minta restu dari kedua orang tua/wali mu, supaya kedepannya lancar gan..



7. Dan kalau sudah memilih, aktif lah dalam mencari ilmu dan mengikuti kegiatan kegiatan yang ada di sekolah. :D

 8. Jangan sesali apa yang telah kamu pilih, karena pilihanmu lah yang akan membahagiakan diri kamu sendiri di masa depan


Menentukan pilihan dari sekarang akan melatih kamu menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab



Sumber:
http://adibiarso.blogspot.com/2014/01/smk-vs-sma.html

Pilih yang mana Sob?

SMK vs SMA

tenang temen-temen , ini bukan artikel tentang klasemen sementara tauran antar pelajar. hehe.

Beberapa waktu yang lalu, temennya Om saya menanyakan perihal adiknya yang saat ini mau lulus dari bangku SMP. Beliau bertanya "Enaknya si ade dimasukkin ke SMK atau SMA ya mba?"

Duar! bagi temen saya saat itu, perasaannya ga tau harus ngomong apa karena ia berpikir kalau-kalau jawabannya akan mempengaruhi masa depan si keponakan tersebut. haha
Saat itu temen saya nggak bisa merekomendasikan pilihan apapun dan hanya mencoba untuk jawab sepengetahuan sendiri aja (keren ngga sih sob?)
Tapi sekarang saya sebagai temen keponakannya si Om, berpikir hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan untuk memilih jenjang SMA atau SMK.



sebelum lebih jauh, kita kilas dulu nih perbedaan antara SMA dan SMK.

1. Visi




Tujuan pendidikan SMK adalah menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja yang terampil produktif untuk dapat mengisi lowongan kerja yang ada dan mampu menciptakan lapangan kerja.

Sedangkan tujuan pendidikan SMA adalah meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Yang namanya visi pasti akan mempengaruhi cara sekolah mendidik siswanya. Alhasil siswa SMK lebih diprioritaskan untuk mempunyai skill sesuai bidang, mampu membuat produk, dan punya attitude siap kerja.
Salah satu program di SMK adalah Praktek Kerja Lapangan, jadi selama 3 atau 6 bulan. siswanya dilempar untuk magang di suatu perusahaan.

Sedangkan SMA memprioritaskan agar siswa dapat menemukan dan mengembangkan minatnya lebih luas.
Serta menyiapkan siswanya agar mampu melanjutkan pendidikannya nanti. Ekstrakurikulernya lebih banyak pilihan, dan mata pelajaran yang di dapat di SMA disiapkan untuk bersaing mendapatkan Perguruan tinggi favorit.


2. Jurusan



Di SMA itu hanya menyediakan beberapa minat jurusan yaitu IPA, IPS, dan Bahasa.

Sedangkan di SMK banyak sekali jurusannya ada otomotif, mesin, pariwisata, perhotelan, jaringan, multimedia, rekayasa perangkat lunak, tata boga, tata busana, kesenian, akuntansi, bisnis, penerbangan, dan lain lain sudah seperti perguruan tinggi.

Walaupun di SMK ga ada jurusan IPA, IPS dan Bahasa, Pendidikan di SMK tetap mempelajari ilmu tersebut sebagai mata pelajaran, namun ga sedetail yang dipelajari anak SMA. misalnya pelajaran Fisika di SMK itu hanya 2 smester. berbeda sama anak SMA yang mempelajari fisika 6 smester.

Walaupun jurusan di SMA tidak sevariatif temen - temen SMK, di SMA masih dapat mempelajari ilmu produktif tersebut biasanya di muatan lokal dan ekstrakurikuler. tapii temen-temen, semua tergantung SMA tersebut menyediakan atau tidak.


3. Pergaulan




Ga bisa panjang lebar juga sih di point ini tapi yang jelas pergaulan di SMA/SMK dipengaruhi oleh faktor ekonomi, gaya hidup, dan jurusan.

Contoh simplenya karakter anak IPA, IPS (yang sekarang udah bakal dicampur jadi ngga terlalu kentara sih gan), tata  busana, dan teknis itu beda beda. :D




4. Ekstrakurikuler


Baik SMA maupun SMK biasanya sudah mempunyai ekstrakurikuler standar (OSIS, Paskibra, Pramuka, PMR, Futsal, Basket, Bulutangkis) Selain itu / tambahannya tergantung pembinaan dari sekolah. Nah dalam hal ini SMA menang jauh. karena SMK lebih memilih untuk menyibukkan mahasiswanya di bidang pembelajaran atau kompetisi ilmu produktif.

Sedangkan salah satu tujuan SMA adalah menemukan dan mengembangkan minat. Jadi ekstrakurikulernya bejibun seperti bela diri (lokal/interlokal), olahraga (baseball, tenis, renang, catur), cheers, KIR, Robotik, IT Club, Bahasa (Daerah dan Internasional), Rohani, Musik (Band / Musik Daerah), Paduan Suara, Marching Band, Tari Daerah, Tari Modern, Fotografi, Teater, Pecinta Alam, dan lain lain. Banyak Deh.



Nah aspek aspek yang ditulis di atas juga sangat relatif tergantung dari kualitas sekolahnya sendiri temen-temen, biasanya bisa dibandingin dari akreditasi.


Inilah gambaran sesuai dengan pengalaman gan, semoga kamu bisa makin mantep yah pilih SMA atau SMK nya.. Good Luck boys and girls :D



Sumber:
http://adibiarso.blogspot.com/2014/01/smk-vs-sma.html

Full Skill atau Full Ijazah

Dunia profesi yang selama ini telah berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan dan kemajuan perekonomian Indonesia akan menghadapi tantangan yang besar di era globalisasi ini. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas akan semakin meningkat dan masif. Namun pada kenyataannya, sebagian besar perusahaan swasta atau bahkan instansi pemerintah sekalipun di Indonesia memiliki kriteria perekrutan dan penempatan SDM yang berbeda-beda. Ada yang berdasarkan keahlian spesifik (FuLL Skill) dan ada yang hanya berdasarkan kepemilikan ijazah (FuLL certificated/ijazah). Hal tersebut terjadi, karena adanya “subjektivitas” pandangan personal dari senior ataupun petugas pengelola SDM di instansi terkait, baik dalam perekrutan maupun penempatan. Hal itu akan menjadi investasi yang sangat riskan dan berpotensi merugikan baik secara personal pekerja maupun instansi/perusahaan, karena kemungkinan pekerja bekerja tanpa passion. Dikotomi tersebut telah lama berkembang dan menjadi kultur di kehidupan sosial Indonesia, yang awalnya dimulai dari perseteruan “pandangan sempit” beberapa kelompok masyarakat mengenai pendidikan jenjang menengah, sehingga melahirkan istilah perseteruan tersebut (FuLL Skill Versus FuLL certificated/ijazah).

Sebagian kelompok masyarakat memandang sekolah kejuruan (SMK) sebagai “anak tiri” pendidikan. Mereka beranggapan SMK sulit untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi). Dalam dunia kerja, lulusan SMK dianggap bidang yang sempit karena keahlian yang diajarkan SMK sangat spesifik. Dalam status sosial, SMK sering dianggap kurang bergengsi. Sayangnya kelompok ini dominan di Indonesia, terbukti minimnya jumlah dan minat siswa ke SMK, terutama di daerah-daerah.
Sebagian kelompok masyarakat lainnya memandang sekolah umum (SMA) sebagai sekolah “yang tidak jelas” dan berbiaya lebih mahal. Mereka beranggapan, SMA adalah sekolah tanpa keahlian karena pelajarannya lebih banyak teori dan bersifat umum. Lulusan SMA dianggap harus melanjutkan ke perguruan tinggi agar dapat diterima di dunia kerja, jika tidak maka akan sulit diterima kerja.
Itulah perseteruan kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia yang “berpandangan sempit”. Sebaiknya kita harus merubah/mereformasi mindset dari kedua kelompok tersebut, karena akan menjadi momok menakutkan yang akan terwariskan bagi generasi-generasi selanjutnya.

Sekolah Kejuruan (SMK), sebaiknya tidak lagi dipandang sebelah mata atau menomor-duakannya. SMK yang dibekali lebih banyak praktek keterampilan, menjadi siap bekerja dan berkompetisi dalam angkatan kerja. Namun, SMK bukanlah “anak tiri” pendidikan, lulusan SMK sangat dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi dan bahkan lebih terbekali secara spesifik. Sebagai contoh, lulusan SMK jurusan listrik akan sangat mudah ter-upgrade ilmu dan keterampilannya ketika masuk perguruan tinggi jurusan elektonik. Selain itu, SMK bukanlah bidang yang sempit karena SMK juga diajarkan pelajaran umum (bahasa, matematika, agama dan sebagainya). SMK pun diajarkan bagaimana Pola pikir dan Pola Kerja yang terstandar, sehingga lulusan SMK tidak memiliki bidang/ruang kerja yang sempit pada keahliannya saja, namun dapat diaplikasikan pada keahlian lainnya. Sebagai contoh, lulusan SMK elektronik dapat bekerja di bidang mesin karena lulusan SMK elektronik memiliki bekal Pola Pikir, Pola Kerja dan keterampilan yang hampir sama secara teknis dengan jurusan mesin sehingga lebih adaptif. SMK tidak perlu gengsi atau minder, karena sudah banyak bukti prestasi yang ditorehkan oleh SMK dan diberitakan dengan bangga melalui media massa, salah satu contohnya Mobil EsEmKa.

Program SMK bisa menjadi solusi terdekat yang aplikatif untuk mengatasi pengangguran muda di Indonesia yang saat ini angkanya menjadi salah satu tertinggi di Asia. Salah satu negara maju yang berhasil bertahan dari krisis global dan menekan angka pengangguran melalui sistem SMK adalah Jerman. Di Jerman hanya 8% warga berusia di bawah 25 tahun yang menganggur. Karena itu, negara-negara di Eropa yang punya angka pengangguran tinggi mulai melirik sistem pendidikan kejuruan yang diterapkan di Jerman. Sistem pendidikan kejuruan Jerman dinamakan ”duale Ausbildung”, di kalangan internasional disebut sebagai ”Dual System”. Prinsip pendidikannya adalah, siswa langsung belajar praktek di perusahaan, selain itu siswa memiliki Vertrag (Kesepakatan Kerja) dengan Perusahaan dan diberi upah kerja. Pola belajarnya dengan Sistim Blok, sebagai contoh 7 minggu di Sekolah dan 7 minggu di Perusahaan atau Pola 2 hari di sekolah dan 3 hari di Perusahaan. Hal ini tergantung karakteristik Kompetensi Keahliannya. Di perusahaan, siswa SMK dibimbing oleh Ausbildung (pembimbing/mentor). Setiap tahunnya, 60% calon siswa di Jerman memilih Sekolah Kejuruan dengan Dual System-nya.

Berkaca pada sistem Jerman, maka pemerintah ataupun instansi pendidikan swasta di Indonesia yang ingin mendirikan SMK sebaiknya juga memperhatikan dan menelaah serapan kemampuan instansi profesi ataupun jejaring profesi yang minimal terdapat di area terdekat (lokal). Selain itu, perlu adanya audiensi atau komunikasi secara langsung dan berkelanjutan dengan instansi-instansi lokal maupun jejaring profesi untuk melihat gambaran secara riil kebutuhan SDM kejuruan, baik dari segi kuantitas maupun kriteria kualitas secara spesifik dan detail. Hal tersebut agar peserta didik SMK tidak hanya sekedar belajar di sekolahnya saja, namun juga dilatih dan dibina pada atmosfer keahliannya secara nyata karena itulah esensi dari Sekolah Menengah Kejuruan. Karena lulusan SMK sangatlah berharga keterampilannya untuk Dunia Kerja, maka penyelenggara SMK harus dapat mengarahkan dengan baik dan tepat.

Harapannya ketika peserta didiknya lulus, mereka sudah HARUS mendapat ruang pasti untuk terdaftar sebagai angkatan kerja, yaitu mendapat peluang pekerjaan pada instansi terkait ataupun berwirausaha sesuai dengan keahliannya yang didapat di area terdekatnya (lokal), disamping pilihannya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Jika hal tersebut tercapai maka angkatan kerja terampil yang terdidik dari lulusan SMK benar-benar dapat mengentaskan pengangguran serta selaras dengan Dunia Kerja. Sehingga pihak penyelenggara dan pendukung SMK, bukan hanya sekedar mendapatkan “keuntungan” dari penyelenggaraan pendidikan, namun benar-benar mengarahkan serta memfasilitasi anak didiknya dengan baik (dari Tenaga pengajar hingga sarana pendukung).


Sekolah umum (SMA) tidak kalah pentingnya dengan SMK. SMA yang lebih banyak diajarkan ilmu murni melalui teori juga sangat penting untuk menunjang ilmu terapan terutama dalam hal pengembangan. SMA memang terlihat jelas diarahkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi/Perguruan Tinggi (Full certificated/ijazah), namun tidak menutup kemungkinan untuk memasuki dunia kerja. Karena dewasa ini Dunia kerja/profesi/bisnis sudah sangat luas bukan hanya berada pada bidang teknis saja, namun juga pada bidang keilmuan, teoritis dan sebagainya yang bersifat general. Sebagai contoh, dunia kerja jurnalistik/publikasi yang banyak mengeksplorasi dan mengkomparasi teori-teori. SMA di Indonesia juga memiliki prestasi yang membanggakan dan terkenal langganan juara Olimpiade tingkat Internasional untuk ilmu murni (seperti fisika, matematika dan sebagainya). Ilmu-ilmu murni tersebut juga berguna dalam dunia kerja, sebagai dasar-dasar ilmu teknis terapan, problem solving dan pengembangan. SMA yang lebih banyak mempelajari teori ilmu murni, juga bukan berarti sekolah tanpa keahlian, karena banyak SMA yang mendukung serta memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan diri dalam menambah keahlian di luar jam pelajaran, yaitu melalui kegiatan ektrakulikuler. Banyak juga siswa-siswa SMA yang bisa berprestasi, baik tingkat nasional maupun internasional pada bidang lain di luar mata pelajaran utamanya.

Kesimpulannya adalah Sekolah Kejuruan (SMK) maupun Sekolah Umum (SMA), sama-sama diperlukan oleh bangsa Indonesia bahkan oleh seluruh bangsa di dunia. SMA dan SMK saling melengkapi dan saling menunjang. Maka, sebaiknya “perseteruan” FULL SkiLL (diwakili SMK) Vs FULL Ijazah (diwakili SMA) harus segera diakhiri dan berakhir dengan seri/seimbang (kesetaraan). Langkah kesetaraan tersebut antara lain, meningkatkan pemahaman positif masyarakat tentang SMK, yang dirasa masih minim dan menyetarakan dengan pandangan tentang SMA. Hal tersebut juga harus sejalan dengan peningkatan kapasitas kuantitas dan kualitas SMK yang sesuai kebutuhan SDM berkeahlian spesifik di Dunia Kerja saat ini dan masa mendatang yang terukur. Namun, proses peningkatan SMK tersebut, bukan berarti dengan mengenyampingkan ataupun mereduksi sekolah umum (SMA).
Hal yang paling penting adalah lebih baik mengalihkan energi dan perhatian kita bukan pada “perseteruan”, tetapi kepada peningkatan pembinaan potensi anak bangsa yang tepat minat dan bakat untuk menghasilkan prestasi karya nyata yang bermanfaat di Dunia Kerja sebagai bentuk keberhasilan Dunia Pendidikan. PENDIDIKAN adalah SETARA, yang membedakan hanyalah prestasi yang dibangun dengan kerja keras dan kreatifitas.


 SEMANGAT MENGEJAR CITA-CITA!!
referensi :
Antara Pengalaman Guru dan Kesiapan Sarana Pendukung. Imob educare. http://www.imobeducare.com/story/antara-pengalaman-guru-dan-kesiapan-sarana-pendukung
Germany’s Dual System of Vocational Education and Training. World Skills Leipzig2013. http://www.worldskillsleipzig2013.com/en/education/germany_dual_system/
Pendidikan Kejuruan Jerman Jadi Model di Negara Lain. Deutsch Welle. http://www.dw.de/pendidikan-kejuruan-jerman-jadi-model-di-negara-lain/a-16587165
Pengangguran Muda di Indonesia Tertinggi di Asia. Tribune Kompas. http://www.tribunekompas.com/2012/04/pengangguran-muda-di-indonesia.html